Dilaporkan Oleh: asy - Syeikh Mamduh Farhan al-Buhairi ( ketua Umum Robithoh alam al islami yang berkedudukan di makkah al - Mukarromah )
Pada tanggal 17 Ramadhan 1431 H yang lalu, di saat kaum muslimin di seluruh penjuru dunia menyibukkan diri untuk beribadah di bulan Ramadhan yang mulia, guna mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan ibadah dan ketaatan yang paling dicintai seperti shalat dan puasa, umat Islam dikejutkan dengan adanya perayaan besar yang dilakukan oleh masyarakat Syi’ah Dua Belas Imam di London, Inggris. Acara keji itu dipimpin oleh sejumlah ulama Syi’ah dari berbagai negeri Arab dan non-Arab yang dikepalai oleh Yasir al-Habib. Perayaan itu dilakukan untuk memperingati “kebinasaan” ‘Aisyah di dalam api neraka –wal’iyadzu billah-. Untuk pertama kalinya Syi’ah berani secara terang-terangan melakukan perbuatan nista tersebut. Dahulu mereka melakukan taqiyah yang itu merupakah aqidah suci dalam agama mereka.
Perayaan tersebut berupa penyampaian pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir dalam mengkafirkan, serta melaknat ibunda kaum mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha. Adalah Yasir al-Habib menyampaikan sambutannya di tengah kehadiran banyak orang yang mayoritas mereka mengenakan pita merah, dan sebagian mereka dengan baju merah sebagai kiasan bahwa Ibunda ‘Aisyah rodiallohu ‘anha berada dalam neraka Jahannam. Kemudian Yasir al-Habib mulai menyampaikan sambutannya dengan menegaskan bahwa ‘Aisyah adalah musuh Allah dan Rasul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dia menyatakan bahwa sulit baginya untuk menghitung kejahatan-kejahatan ibunda ‘Aisyah rodiallohu ‘anha terhadap hak Islam dan kaum muslimin. Yang paling keji dari kejahatan-kejahatan tersebut adalah bahwa dia telah membunuh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan racun, turut serta dalam melawan ‘Ali bin Abi Thalib rodiallohu ‘anhu, memberontak dan memeranginya, menyakiti penghulu wanita dunia, Fathimah rodiallohu ‘anha hingga membuatnya menangis, serta kegembiraannya dengan syahidnya Fathimah, dan Amirul Mukminin ‘Ali rodiallohu ‘anhu; melempari jenazah al-Hasan rodiallohu ‘anhu dengan busur-busur panah, penyebab terbunuhnya tiga puluh ribu kaum muslimin, mengotori sirah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan hadits-hadits palsunya, tuduhan kejinya terhadap Mariah al-Qibthiyyah. Selain itu mereka (orang-orang yang beragama syiah itu) menuduh ‘Aisyah rodiallohu ‘anha sebagai orang yang kurang adab, dan berlisan kotor, dan termasuk orang-orang nista lagi fasiq.Kemudian setelah berbagai tuduhan kotor tersebut, orang hina (Yasir yang zindiq) ini menegaskan dan menetapkan bahwa ‘Aisyah sekarang berada dalam api neraka, bahkan tidak hanya sekedar dalam neraka, bahkan dia bersumpah atas nama Allah, bahwa ‘Aisyah sekarang berada dalam dasar neraka Jahannam, dalam keadaan tergantung kedua kakinya, memakan bangkai, dan tubuhnya sendiri. Semua itu menurutrnya berdasarkan kandungan al-Qur`an dan sunnah. Mudah-mudahan laknat Allah dan seluruh manusia atasnya.
Pada penutupan sambutannya, dia mengajak kepada kaum muslimin untuk shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah atas “binasanya” ummul mukminin –yang dia sebut ummul mujrimin/ ibunda para penjahat- , serta pindahnya dia kepada adzab pedih lagi kekal di dalam neraka jahannam. Dia juga mengajak kaum mukminin, setelah shalat tersebut, untuk meminta segala kebutuhan mereka kepada Allah, dan segala kebutuhan tersebut akan dipenuhi dengan kelembutan Allah subhanahu wa ta’ala, dan syafa’at Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, serta ahlul bait beliau yang suci ‘alaihimusshalatu wassalam.
Selain itu pembaca yang beriman, pada acara itu telah digantungkan sebuah spanduk besar bertuliskan “Binasanya ‘Aisyah di Dalam Neraka”, dan pada sisi yang berhadapan dengannya digantungkan spanduk bertuliskan “Kebahagiaan al-Husain ‘alaihi salam”, dimana kedua sepanduk tersebut, dengan segala kekejian, dinaikkan untuk menyampaikan ucapan kotornya terhadap Ibunda kita ‘Aisyah –mudah-mudahan Allah meridhainya dan membuatnya ridha.
Perayaan tersebut telah disiarkan secara live oleh sebagian siaran Syi’ah dengan penuh suka cita dan bahagia dengan adanya perayaan besar tersebut. Di sela-sela perayaan jahat itu, disamping melaknat Ummul Mukminin, ditambahkan pula melaknat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat besar lainnya –mudahan-mudahan Allah meridhai mereka semua.
Sungguh, sebelumnya kami mengira bahwa pada tanggal 17 Ramadhan tersebut mereka merayakan kemenangan kaum muslimin atas orang-orang musyrik dalam peperangan Badar, akan tetapi kami dikejutkan bahwa orang-orang musyrik dan orang-orang kafir telah selamat dari lisan-lisan mereka, karena dialihkan untuk melaknat wanita suci, lagi disucikan dari langit ketujuh. Dimana Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan tentangnya sepuluh ayat dalam surat an-Nur (24) yang menjelaskan sucinya ‘Aisyah dari tuduhan orang-orang munafik. Kemudian datanglaah orang-orang zindiq itu dengan mengatasnamakan cinta kepada ahlul bait, menuduh kehormatan ummul mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha yang suci, dan menyakiti Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam melalui pelecehan mereka terhadap istri yang paling beliau cintai. Mereka dengan lantangnya mengatakan bahwa Istri Nabi yang tercinta itu telah kafir, dan murtad, serta berada dalam dasar neraka Jahannam!!
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (٥٧)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab (33): 57)
Wahai bangsa Indonesia, wahai bangsa Malaysia, wahai umat Islam, istri kekasih kalian, al-Mushthafa Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam telah dihinakan sementara kalian semua diam??!!!
Sesungguhnya, saya mengatakannya dengan jujur kepada seluruh ulama dan awamnya kaum muslimin, jika kita tidak melakukan sesuatu maka sesungguhnya kita telah ikut serta dalam kejahatan tersebut. Maka wajib bagi kita memiliki peran dalam membela Ibunda kita, kekasih Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing sesuai dengan kemampuan, kedudukan dan jabatannya. Hendaknya semua tahu bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.
sumber: www.qiblati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar